Minggu, 18 Oktober 2015

PENALARAN, BERFIKIR DEDUKTIF DAN BERFIKIR INDUKTIF



BAB 1
PENALARAN

1.1. PENGERTIAN PENALARAN
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

1.2. PROPOSISI
Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh. Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya, proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau salah.
Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni:
1.      Subyek, perkara yang disebutkan adalah terdiri dari orangbenda, tempat, atau perkara.
2.      Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek.
3.      Kopula adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat.

1.3. INFERENSI DAN IMPLIKASI
            1.3.1. INFERENSI
Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui atau dianggap benar. Kesimpulan yang ditarik juga disebut sebagai idiomatik. Hukum valid inference dipelajari dalam bidang logika.
            1.3.2. IMPLIKASI
Pada dasarnya implikasi bisa kita definisikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi atas temuan hasil suatu penelitian. Akan tetapi secara bahasa memiliki arti sesuatu yang telah tersimpul di dalamnya. Di dalam konteks penelitian sendiri, implikasi bisa di lihat.

1.4. WUJUD EVIDENSI
Wujud Evidensi adalah semua fakta yang ada, yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatu fenomena. Evidensi sering juga disebut bukti empiris.

1.5. CARA MENGUJI DATA
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
1.    Observasi
2.    Kesaksian
3.    Autoritas

1.6. CARA MENILAI AUTORITAS
Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
1.      Tidak mengandung prasangka
2.      Pengalaman dan pendidikan autoritas
3.      Kemashuran dan prestise
4.      Koherensi dengan kemajuan

BAB 2
BERFIKIR DEDUKTIF

            Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
            Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Ciri-ciri Deduktif :
1.      Penalaran yang bertolak dari sebuah konklusi atau kesimpulan yang didapat dari atau lebih pernyataan yang lebih umum.
2.      Dalam penalaran Deduktif terdapat premis. Yaitu proposisi tampak menarik kesimpulan.
3.      Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
4.      Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis
5.      Penarikan tidak langsung ditarik dari dua premis.
6.      Premis pertama adalah premis yang bersifat umum sedangkan premis kedua adalah yang bersifat khusus.

2.1. SILOGISME KATEGORIAL
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
  • Premis Umum       : Premis Mayor (My)
  • Premis Khusus      : Premis Minor (Mn)
  • Premis Simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
2.2. SILOGISME HIPOTESIS
Silogisme hipotesis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese. Silogisme hipotetis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi. Premis mayornya mengandung pernyataan yang bersifat hipotesis. Oleh karena sebab itu rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah:
                                                                Jika P, maka Q
Contoh :
Premis mayor : Jika seorang atlet tidak berlatih, maka atlet akan mengalami kegagalan saat pertandingan.
Premis minor  : Seorang atlet tidak berlatih.
Konklusi         : Atlet akan mengalami kegagalan saat pertandingan.

2.3. SILOGISME ALTERNATIF
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. 
Contoh:
   Ayah berada di Semarang atau Kudus.
   Ayah berada di Semarang.
Jadi, Ayah tidak berada di Kudus.

BAB 3
BERFIKIR INDUKTIF


            Penalaran Induktif adalah Proses yang berpangkal dari peristiwa yang khusus yang dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan empirik dan mengjasilkan suatu kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat umum.
Contoh penalaran induktif :
Ayam berkaki dua berkembang biak dengan bertelur. Bebek berkaki dua berkembang biak dengan bertelur. Burung Unta berkaki dua berkembang biak dengan bertelur.
Kesimpulan : semua hewan yang berkaki dua berkembang biak dengan bertelur.

3.1. KONSEP GENERALISASI
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh:
·         Mohammad Ahsan adalah atlet bulutangkis Indonesia, dan ia berasal dari Jawa Tengah.
·         Tontowi Ahmad adalah atlet bulutangkis Indonesia, dan ia berasal dari Jawa Tengah.
Generalisasi: Semua atlet bulutangkis berasal dari Jawa Tengah.

Pernyataan "Semua atlet bulutangkis berasal dari Jawa Tengah" hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
·         Sony Dwi Kuncoror adalah atlet bulutangkis Indonesia, dan ia berasal dari Jawa Timur.

Macam-macam generalisasi:

·         Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Contoh: Sensus Penduduk.

·         Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Contoh: Hmapir seluruh atlet bulutangkis dunia memekai raket merek Yonex.

Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
  1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
  2. Sampel harus bervariasi.
  3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.

3.2. HIPOTESIS DAN TEORI

            Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti
            Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur.
            Hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang teori dalam bentuk yang dapat diuji  atau kadang-kadanag hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan tentatif tentang realitas.
            Jika teori merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-konsep (pada tingkat abstrak atau teoritis), hipotesis merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-variabel (dalam tingkat yang konkret atau empiris).
            Oleh karena teori berhubungan dengan hipotesis, merumuskan hipotesis akan sulit jika tidak memiliki kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan teori yang ada.



3.3. ANALOGI
                Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah analogi induktif atau analogi logis.

Jenis-jenis Analogi:

1.      Analogi induktif :
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua.
2.      Analogi deklaratif :
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal.

3.4. HUBUNGAN KAUSAL
Hubungan Kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan kausal (kausalitas) merupakan perinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Macam hubungan kausal : 
1. Sebab- akibat. Contoh: Membuang sampah sembarangan mengakibatkan banjir
2. Akibat – Sebab. Contoh: Carolina Marin juara World Badminton Championship 2015 disebabkan dia rajin berlatih dengan baik.
3. Akibat – Akibat. Contoh: Irvan melihat tabrakan beruntun dijalanraya, sehingga Irvan beranggapan adanya korban kecelakaan.




Sumber:





Tidak ada komentar:

Posting Komentar